Foto Ilustrasi : Hoembala-Media |
Seperti seorang pesulap ulung, Trump mengejutkan publik
dengan pernyataannya di platform Truth Social. "Project 2025? Saya tidak
tahu apa-apa tentang itu," ujarnya, seolah-olah menyingkirkan kartu as
dari lengan bajunya. Padahal, banyak arsitek proyek ini adalah mantan staf
Gedung Putih di era Trump.
Sementara itu, Kevin Roberts, presiden Heritage Foundation,
memicu kontroversi dengan pernyataannya tentang "Revolusi Amerika
Kedua" yang bisa "tetap tanpa darah jika kaum kiri
mengizinkannya." Pernyataan ini bagaikan menyiramkan minyak ke api politik
yang sudah membara.
Foto : Reuters |
Namun, di balik layar, para ahli politik melihat strategi
yang lebih dalam. James Wallner, profesor ilmu politik di Universitas Clemson,
menyatakan bahwa tindakan Trump mungkin merupakan upaya untuk memoderasi
pesannya menjelang pemilihan.
Sementara Trump menari di antara ekstremisme dan moderasi,
Project 2025 tetap menjadi hantu yang mengintai. Dengan 900 halaman cetak biru
yang berisi rencana reformasi pemerintah federal secara drastis, proyek ini
tetap menjadi kartu liar dalam permainan politik Amerika.
Dalam drama politik ini, Trump tampaknya berusaha memainkan peran ganda: sebagai outsider yang menentang "elit" sekaligus sebagai kandidat yang dapat diterima oleh pemilih moderat. Apakah tarian politik ini akan berhasil? Hanya waktu yang akan menjawab.