Novak Djokovic, Foto : Reuters |
Novak Djokovic, sang maestro tenis berusia 37 tahun, kini
berada dalam perlombaan yang paling mendebarkan dalam karirnya - bukan melawan
lawan di lapangan, melainkan melawan waktu itu sendiri. Setelah menjalani
operasi minor pada lututnya kurang dari tiga minggu lalu, juara Wimbledon tujuh
kali ini kini berjuang untuk memulihkan kondisinya menjelang turnamen bergengsi
yang akan dimulai pada 1 Juli mendatang.
Cedera lutut kanan yang dialami Djokovic saat pertandingan
babak keempat French Open telah memaksa sang petenis nomor dua dunia ini untuk
mundur dari perempat final dan menjalani operasi pada 6 Juni. Keputusan ini
tidak hanya mengancam peluangnya di Wimbledon, tapi juga partisipasinya di
Olimpiade Paris yang sudah dipastikan.
Namun, seperti kebangkitan burung phoenix dari abu, Djokovic
menunjukkan tekad baja yang telah membuatnya menjadi salah satu petenis
terhebat sepanjang masa. Melalui unggahan video di Instagram pekan lalu, ia
memperlihatkan kembalinya ke latihan, membangkitkan harapan para penggemar di
seluruh dunia. Kedatangannya yang mengejutkan di All England Club pada hari
Minggu semakin memperkuat tekadnya untuk bangkit.
"Saya tidak datang ke sini hanya untuk bermain beberapa
babak," ujar Djokovic dengan penuh keyakinan seusai sesi latihan pada hari
Senin. Pernyataan ini menggambarkan mentalitas juara sejati yang selalu haus
akan kemenangan. "Jika saya tahu saya bisa bermain mendekati atau pada
level maksimal saya, maka saya akan bertanding. Jika tidak, saya akan memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk bermain."
Proses rehabilitasi Djokovic menjadi saga tersendiri yang
memikat perhatian dunia tenis. Setiap hari membawa kemajuan, setiap persen
peningkatan menjadi bahan bakar bagi semangatnya yang tak pernah padam.
"Rehabilitasi berjalan ke arah yang benar setiap harinya, beberapa persen
lebih baik dan lebih baik lagi. Itulah yang memberi saya harapan dan dorongan
untuk terus maju," ungkapnya, menggambarkan perjuangan yang mungkin akan
menjadi salah satu yang paling mengesankan dalam karirnya yang sudah penuh
prestasi.
Meski begitu, Djokovic tetap bijaksana dalam pendekatannya.
"Saya mengambil langkah secara bertahap. Saya belum memaksakan diri 100%,
tapi saya berharap itu akan datang dalam beberapa hari ke depan,"
tambahnya, menunjukkan keseimbangan antara ambisi dan kehati-hatian yang telah
menjadi ciri khasnya selama bertahun-tahun.
Tahun 2024 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi Djokovic.
Setelah dominasi luar biasa di tahun 2023 dengan memenangkan tiga dari empat
Grand Slam, ia kini berada dalam misi untuk mengakhiri puasa gelar dan mengejar
trofi Grand Slam ke-25 yang akan memecahkan rekor. Kekalahan dramatis dalam
lima set melawan Carlos Alcaraz di final Wimbledon tahun lalu masih membekas,
menjadi motivasi tambahan bagi sang juara untuk kembali merebut mahkota rumput
yang sangat diidamkannya.
Sementara dunia tenis menahan napas, Djokovic terus berpacu
dengan waktu. Akankah ia mampu pulih tepat waktu untuk kembali berjaya di
lapangan rumput All England Club? Atau akankah cedera ini menjadi rintangan
yang terlalu besar bahkan bagi seorang juara sekaliber Djokovic? Hanya waktu
yang akan menjawab, tapi satu hal yang pasti: dunia tenis akan menyaksikan
salah satu comeback paling dinantikan dalam sejarah olahraga ini.
Wimbledon 2024, yang akan berlangsung dari 1 hingga 14 Juli, mungkin akan menjadi panggung bagi salah satu kisah terhebat dalam dunia tenis - entah itu kemenangan heroik Djokovic atas cedera dan waktu, atau munculnya bintang baru yang akan mengambil alih takhta dari sang raja rumput. Apapun hasilnya, turnamen tahun ini dijamin akan menjadi salah satu yang paling menegangkan dan tak terlupakan dalam sejarah Wimbledon.