Pemilu Prancis: Panggung Drama Politik di Tengah Badai Kekerasan

Hoembala-Media
Foto Ilustrasi : Hoembala-Media
Di jantung Prancis, panggung demokrasi tengah bersiap menyambut babak final yang menegangkan. Minggu malam, 30.000 polisi akan bersiaga, bagaikan prajurit di garis depan, mengawal nasib negara yang bergejolak.

Marine Le Pen, sang putri dari sayap kanan jauh, bersama National Rally-nya, kini berdiri di ambang sejarah. Akankah mereka berhasil merebut tampuk kekuasaan dan mengubah wajah politik Prancis?

Namun, di balik gemerlap kampanye, tersembunyi kisah-kisah kelam. Tiga kandidat mengaku menjadi korban serangan, menciptakan atmosfer mencekam yang belum pernah terjadi sebelumnya. Prisca Thevenot, juru bicara pemerintah, harus menelan pil pahit ketika timnya diserang oleh gerombolan pemuda misterius. Sementara itu, Marie Dauchy dari kubu Le Pen, mengaku dianiaya oleh seorang pedagang pasar.

Reuters
Foto : Reuters
Bahkan seorang wakil walikota berusia 77 tahun pun tak luput dari kekerasan, menjadi korban pemukulan saat menempelkan poster kampanye. Olivier Veran, mantan juru bicara Presiden Macron, menyebut situasi ini sebagai "konteks kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam kampanye".

Di tengah kekacauan ini, sebuah jalan harapan muncul. Upaya partai-partai arus utama untuk membendung gelombang ekstrem kanan mulai menunjukkan tanda-tanda keberhasilan. Sebuah jajak pendapat mengindikasikan bahwa National Rally mungkin gagal meraih mayoritas mutlak.

Namun, ketidakpastian masih menyelimuti. Akankah pemilih mengikuti strategi "front republik" ini? Atau justru memberikan kejutan yang akan mengubah wajah politik Prancis selamanya?

Demikianlah, Prancis kini berdiri di persimpangan sejarah. Minggu malam akan menjadi saksi bisu, apakah negeri ini akan tetap di jalur lama, atau berbelok ke arah yang belum pernah terjamah sebelumnya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama