Foto : Reuters |
Bayangkan, produk yang selama ini dianggap sebagai simbol
kelembutan dan perawatan bayi, kini dituduh sebagai pembawa malapetaka. Lebih
dari 61.000 penggugat, kebanyakan wanita penderita kanker ovarium dan
mesothelioma, berdiri tegak menuntut keadilan. Mereka mengklaim bahwa bedak
bayi J&J, yang selama ini mereka percaya, ternyata mengandung asbes yang
memicu kanker mematikan.
Di sisi lain panggung drama ini, J&J berdiri kokoh
dengan keyakinan bahwa produk mereka aman, bebas asbes, dan tidak menyebabkan
kanker. Namun, di balik pernyataan publik yang tegas, perusahaan ini diam-diam
merancang strategi untuk menyelesaikan kasus ini melalui jalur kebangkrutan.
Rencana penyelesaian kebangkrutan senilai $6,48 miliar yang
diajukan J&J menjadi fokus perdebatan sengit. Bagi J&J, ini adalah cara
yang adil untuk membayar para penggugat. Namun, bagi para pengacara penggugat,
ini tidak lebih dari trik licik untuk mengamankan miliaran dollar aset
perusahaan dari jangkauan para korban.
Drama ini mencapai puncak ketegangan pada hari Jumat lalu,
ketika Hakim Federal Michael Shipp menolak upaya para penyintas kanker untuk
memblokir rencana J&J. Keputusan ini membuat banyak pihak terkejut. Sang
hakim berargumen bahwa kerugian yang diklaim masih bersifat
"hipotetis", sebuah pernyataan yang tentunya mengecewakan bagi mereka
yang telah berjuang melawan kanker.
Sementara itu, J&J terus berusaha meraih dukungan 75%
penggugat sebelum tenggat 26 Juli. Mereka berharap dapat menyelesaikan kasus
ini melalui kebangkrutan yang telah direncanakan. Namun, sejarah tidak berpihak
pada mereka. Dua kali sebelumnya, J&J telah gagal dalam manuver
kebangkrutan yang dikenal sebagai "Texas two-step", sebuah strategi
rumit yang melibatkan penciptaan anak perusahaan untuk menyerap kewajiban talc
J&J.
Di tengah pertarungan hukum yang sengit ini, ribuan nyawa
dan miliaran dollar menjadi taruhannya. Para penyintas kanker, yang telah
melalui penderitaan tak terbayangkan, berharap dapat melihat keadilan
ditegakkan. Sementara itu, J&J berjuang untuk mempertahankan reputasi dan
kekayaan yang telah dibangun selama lebih dari seabad.
Pertanyaannya kini, akankah keadilan berpihak pada para
penyintas kanker yang telah kehilangan begitu banyak? Atau akankah korporasi
besar sekali lagi lolos dari jerat hukum, meninggalkan para korban dengan
tangan kosong?
Satu hal yang pasti, drama ini jauh dari kata selesai.
Setiap hari membawa twist baru dalam saga hukum yang mungkin akan mengubah
wajah industri kesehatan selamanya. Dunia mengawasi dengan seksama, menanti
untuk melihat apakah keadilan akan menang atas kekuatan korporasi, atau apakah
dolar akan sekali lagi membuktikan kekuatannya di pengadilan.
Sementara kita menunggu babak selanjutnya dari drama ini terungkap, satu pertanyaan tetap menggantung di udara: apakah kita akan memandang bedak bayi dengan cara yang sama lagi?