![]() |
Foto Ilustrasi : Hoembala-Media |
Ekonom yang biasanya tenang ini mendadak menjadi sorotan
dunia pada hari Rabu ketika unit-unit militer pemberontak menduduki alun-alun
pusat La Paz dan mendobrak pintu istana kepresidenan dengan kendaraan lapis
baja, memungkinkan tentara menyerbu masuk.
Dikelilingi tentara bersenjata, seorang jenderal
pemberontak, Juan Jose Zuniga, menuntut perombakan pemerintahan. Arce
memperingatkan bahwa negara terkurung daratan dengan populasi sekitar 12 juta
jiwa ini sedang menghadapi kudeta dan menyerukan pendukungnya untuk bergerak.
Dalam konfrontasi langsung, Arce memerintahkan sang jenderal
untuk mundur. Beberapa jam kemudian, seiring memudarnya dukungan terhadap
kudeta, para tentara pun mundur.
Zuniga dan puluhan lainnya kemudian ditangkap. Serangan ini
merupakan upaya paling dramatis untuk menggulingkan pemerintah di Bolivia dalam
beberapa tahun terakhir, meskipun negara ini memiliki sejarah pergolakan dengan
sekitar 190 upaya kudeta dalam dua abad saja.
![]() |
Foto : Reuters |
"Bagi kami, sama sekali tidak ada yang berubah... Kami
akan terus bekerja hingga hari terakhir," ujarnya di markas pemerintahan
di ibukota politik dataran tinggi La Paz, tempat tentara bersenjata menyerbu
hanya beberapa meter dari sana beberapa hari sebelumnya.
Arce dan Morales, meskipun berasal dari partai sosialis MAS
yang sama dan pernah menjadi sekutu, kini telah menjadi rival sengit. Morales,
yang mengundurkan diri pada 2019 setelah pemilihan yang diperdebatkan memicu
protes keras, ingin menggulingkan Arce dalam pemilihan presiden 2025.
Arce, 60, mengakui adanya tekanan finansial pada ekonomi
Bolivia yang berbasis gas, yang telah menyebabkan kelangkaan dolar, bensin di
pompa, dan meningkatnya ketidakpuasan pemilih.
"Ada kekurangan likuiditas sementara dalam dolar
AS," kata Arce, menambahkan bahwa pemerintahannya telah mengambil
"beberapa langkah" untuk menyelesaikan masalah tersebut, tanpa
memberikan rincian spesifik.
Presiden menyalahkan "kepentingan eksternal dan
internal" yang menambah tekanan ekonomi negara, "yang tidak suka
bahwa kami mengindustrialisasi sumber daya alam kami", merujuk pada
cadangan gas dan litium yang besar namun belum dimanfaatkan negara tersebut.
"Mereka tidak suka bahwa kami telah mengambil posisi yang sangat berdaulat dalam ekonomi nasional," tutupnya.