![]() |
Foto : Hoembala-Media |
Presiden Luis Arce, sang protagonis dalam drama ini, yang
naik ke tampuk kekuasaan melalui pemilihan demokratis 2020, tak tinggal diam.
Dengan lantang ia berseru lewat media sosial X (dulu Twitter), menuntut agar
demokrasi dihormati. Ironis memang, mengingat platform ini dimiliki oleh Elon
Musk, sosok yang konon turut berperan dalam kudeta sebelumnya.
Sementara itu, di luar istana, sebuah pertunjukan lain
berlangsung. Jenderal Juan José Zúñiga, bak sutradara yang ingin mengubah alur
cerita, menabrakkan kendaraan militer ke gedung pemerintahan di Lapangan
Murillo, La Paz. Para warga yang mencoba mendekat diusir dengan gas air mata,
menciptakan suasana mencekam bak zona perang.
![]() |
Foto : Getty Images |
Latar belakang cerita ini tak kalah menarik. Zúñiga, yang
baru saja dicopot dari jabatannya sebagai panglima angkatan darat, rupanya
menyimpan dendam dan keraguan akan hasil pemilu. Namun, seperti dalam drama
yang baik, antagonis pun akhirnya kalah. Setelah beberapa jam menegangkan,
Zúñiga mundur dan kemudian ditangkap - sebuah adegan yang disiarkan langsung ke
seluruh negeri.
Epilog dari drama ini sungguh memukau. Di luar istana,
pendukung Arce berkumpul, merayakan kemenangan demokrasi. "Terima kasih
rakyat Bolivia," ucap Arce kepada kerumunan, "Biarkan demokrasi tetap
hidup."
Demikianlah, satu babak drama politik Bolivia berakhir, menyisakan pertanyaan: sampai kapan negeri ini harus terus berjuang mempertahankan demokrasinya?