![]() |
| Foto : Hoembala-Media |
Latar Belakang
Dermatomyositis (DM)
adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan peradangan parah pada kulit dan
otot. DM juga sering dikaitkan dengan penyakit paru interstitial (ILD) yang
menyebabkan fibrosis paru progresif.
Antibodi anti-Mi-2, yang
menargetkan antigen nuklir Mi-2, adalah autoantibodi pertama yang dikaitkan
dengan DM. Seiring waktu, berbagai autoantibodi spesifik myositis (MSA) telah
diidentifikasi untuk pola fenotipik yang berbeda.
Secara klinis, dermatomyositis
amyopatik (CADM) memiliki hubungan erat dengan DM dan menyebabkan ILD
progresif. CADM diekspresikan melalui gen keluarga reseptor seperti retinoic
acid-inducible gene 1 (RIG-1), IFIH1, yang mengkode protein MDA5.
Studi terbaru menunjukkan bahwa
kasus MDA5+ yang terjadi sebelum pandemi COVID-19 menunjukkan manifestasi ILD
yang signifikan. Namun, pasien-pasien ini tidak mengembangkan ruam heliotropik
klasik DM, melainkan gejala kulit seperti papula palmar yang nyeri dan ulserasi
kulit.
MDA5 adalah helikase RIG-1 yang
berfungsi sebagai sensor RNA dan reseptor pengenalan pola untuk SARS-CoV-2.
Studi baru-baru ini mengungkapkan bahwa varian gen IFIH1 memberikan
perlindungan terhadap infeksi SARS-CoV-2 dan hasil yang lebih baik.
Tentang Studi
Studi ini menyelidiki faktor
epidemiologi yang menyebabkan penyakit terkait MDA5+ dan penyakit pneumonitis
interstitial MDA5+ yang terjadi bersamaan dengan pandemi COVID-19 (MIP-C). Data
transkriptomik digunakan untuk mengeksplorasi mekanisme yang berbagi antara
penyakit terkait MDA5 dan COVID-19. Data ini juga digunakan untuk membandingkan
penyakit paru autoimun, penyakit paru akut COVID-19, dan fibrosis paru
idiopatik (IPF) guna memahami asal-usul wabah MDA5+ -DM.
Model dikembangkan untuk
menghubungkan respons sitokin antivirus yang parah dengan stimulasi protein
IFIH1, yang bertanggung jawab atas imunofenotipe unik yang terkait dengan ILD
progresif yang terkait dengan MSA.
Temuan Studi
Studi ini mendokumentasikan fitur
dan hasil dari lonjakan kasus MDA5+ myositis atau ILD yang terjadi selama
pandemi COVID-19 di Inggris, terutama pada tahun 2021.
Enam kasus MDA5+ baru
diidentifikasi antara Januari 2018 dan Desember 2019, yang menunjukkan 1,2% dan
0,4% MSA immunoblot positif pada tahun-tahun tersebut. Namun, setelah gelombang
kedua COVID-19, terjadi peningkatan cepat dalam kasus MDA5+ baru. Lebih spesifik,
jumlah kasus baru pada tahun 2020, 2021, dan 2022 masing-masing adalah
sembilan, 35, dan 16; oleh karena itu, tingkat positif MDA5 meningkat dari 1,2%
pada tahun 2018 menjadi 1,7% pada tahun 2022.
Sekitar 42% dari kasus MDA5+
terkait dengan ILD progresif, dengan sekitar 33% menunjukkan ILD-MDA5+ yang
agresif. Analisis dataset transkriptomik dan observasi klinis epidemiologis
menunjukkan bahwa lonjakan autoimunitas MDA5 dan ILD selama COVID-19 bisa
disebabkan oleh respons IFN tipe 1 yang abnormal bersama, tetapi tidak terkait
dengan IPF.
Kesimpulan
Analisis transkriptomik ini
menjelaskan kemungkinan hubungan kausal antara lonjakan positif anti-MDA5,
COVID-19, dan ILD autoimun. Di masa depan, temuan ini harus divalidasi
menggunakan kohort multicenter di berbagai negara.
Dengan demikian, penelitian ini
memberikan wawasan penting tentang bagaimana infeksi SARS-CoV-2 atau vaksinasi
dapat memicu autoimunitas MDA5 dan penyakit terkait, serta pentingnya memahami
dan mengelola kondisi ini di masa mendatang.
