![]() |
| Foto : Hoembala-Media |
Perjalanan Pemberontakan: Jejak
Mahasiswa Kota Depok dalam Menggulung Orde Baru
Dua dekade enam tahun silam, pada
tanggal 7 Mei 1998, rentetan peristiwa dramatis memuncak di kampus Fakultas
Teknik Universitas Jayabaya, mengukir Peristiwa Cimanggis yang tak terlupakan.
Konflik sengit merembet antara mahasiswa dan kekuatan keamanan, menorehkan luka
yang mendalam pada sejarah reformasi Indonesia.
Para mahasiswa memimpin aksi
perlawanan dengan gagah berani, menuntut keadilan dan pergantian kekuasaan yang
berada di tangan Presiden Soeharto. Pemuda pemberani, Donny Hendaris, bersama
rekan-rekannya dari angkatan 1994, menjadi pelopor perlawanan di pangkalan
pergerakan yang berakar di Universitas Jayabaya.
Bergegas melalui lorong-lorong
kota, mahasiswa berkumpul untuk menggalang kekuatan di Universitas Gunadarma,
sebuah perjalanan panjang empat kilometer. Namun, pertemuan mereka dengan
ratusan mahasiswa lainnya di Cimanggis dihalangi oleh barikade aparat keamanan,
memicu kekacauan yang merugikan.
Bentrokan tak terelakkan,
mencoreng langit-langit harapan dengan derasnya peluru yang berkecamuk. Dua
puluh satu mahasiswa terluka, dua di antaranya mengalami pukulan telak di leher
dan lengan kanan, membawa mereka terkapar di Rumah Sakit Tugu Ibu, Cimanggis,
dalam bayang-bayang tragedi yang terukir dalam ingatan.
Sebagai latar belakang, gelombang
kerusuhan yang melanda negara dari 1997 hingga 1998 menyapu berbagai kota, dari
Jakarta hingga Medan, menandai protes massal terhadap krisis ekonomi dan
pemerintahan yang timpang. Jakarta sendiri terjerumus dalam kehancuran senilai
triliunan rupiah, dengan ribuan bangunan dan unit usaha hancur dan terbakar,
menyisakan luka yang belum sembuh.
