![]() |
Foto : Hoembala-Media |
Namun, armada bayangan ini tidak
hanya ada di Rusia. Negara-negara seperti Iran dan Venezuela juga menggunakan
kapal-kapal semacam itu untuk menghindari sanksi dan mempertahankan ekspor
minyak mereka. Diperkirakan ukuran armada bayangan ini berkisar antara 600
hingga 1.400 kapal tanker, yang mencakup sekitar 20% dari armada tanker minyak
mentah global, menurut Allianz SE.
Salah satu kekhawatiran utama
adalah kondisi kapal-kapal ini. Banyak yang kemungkinan kurang terawat dan
mungkin tidak menjalani inspeksi yang diperlukan untuk memastikan kelayakan
lautnya. Tanker-tanker ini sering terlibat dalam praktik berbahaya seperti
transfer kapal-ke-kapal di perairan terbuka dan menonaktifkan transponder AIS
untuk menyembunyikan pergerakan dan identitas mereka.
Hingga saat ini, telah terjadi
setidaknya 50 insiden yang dilaporkan melibatkan tanker-tanker armada bayangan
ini, termasuk kebakaran, kegagalan mesin, tabrakan, kehilangan kemudi, dan
tumpahan minyak. Insiden-insiden ini sering menimbulkan biaya besar bagi
pemerintah atau perusahaan asuransi kapal lain yang terjebak dalam masalah
tersebut.
Justus Heinrich, Pemimpin Produk
Global Marine Hull di Allianz Commercial, menekankan keberlanjutan masalah
armada bayangan ini: "Selama masih ada sanksi terhadap negara-negara
seperti Rusia dan Iran, armada bayangan akan tetap ada. Mengingat usia kapal-kapal
dalam armada bayangan, keselamatan adalah perhatian utama. Sering kali
kapal-kapal ini berada di akhir masa operasionalnya dan digunakan dalam bisnis
berisiko tinggi."
Risiko yang terkait dengan armada bayangan ini sangat beragam. Kapal-kapal tua lebih rentan terhadap kegagalan mekanis dan kecelakaan, yang dapat menyebabkan bencana lingkungan seperti tumpahan minyak. Kurangnya asuransi yang memadai dan pengawasan regulasi berarti bahwa beban finansial dari insiden-insiden ini sering jatuh pada pihak eksternal, memperburuk dampaknya pada industri maritim dan wilayah yang terkena dampak.